Kamis, 25 Oktober 2007

Membuat Anak Disiplin

Jelaskan peraturan Anda dan konsekuensinya. Contohnya, jika anak melanggar aturan main yang sudah ditetapkan, maka ia akan kehilangan kesempatan untuk menonton televisi. Hal ini membuktikan bahwa setiap pelanggaran membawa konsekuensi tersendiri. Mendisiplinkan anak gampang-gampang susah. Jika Anda terlalu keras, ia bisa tumbuh menjadi anak yang penakut dan tidak percaya diri. Sebaliknya, jika Anda terlalu lembek, ia bisa menjadi anak manja dan egois. Bagaimana sebaiknya?

Bersikap konsisten. Jelaskan peraturan Anda dan konsekuensinya. Contohnya, jika anak melanggar aturan main yang sudah ditetapkan, maka ia akan kehilangan kesempatan untuk menonton televisi. Hal ini membuktikan bahwa setiap pelanggaran membawa konsekuensi tersendiri. Dan, peraturan itu berlaku sama, untuk si kakak maupun si adik.

Bantu anak-anak untuk membiasakan diri. Usahakan jangan berpihak kepada salah satu anak. Tetapi, fokuskan upaya Anda untuk melatih anak-anak agar dapat menyelesaikan sendiri konflik yang timbul di antara mereka. Anak yang lebih kecil diberi semangat untuk menyampaikan maksudnya dengan kata-katanya yang sederhana. Sementara anak yang lebih tua diberi arahan bagaimana cara menghadapi jika sewaktu-waktu si adik merebut mainannya tanpa minta izin terlebih dahulu.(Katakan ”tidak”, tinggalkan dia, atau minta bantuan orang lain).

Tampilkan yang terbaik.
Anak Anda yang baru berusia 6 tahun perlu diberitahu bahwa memukul adalah tindakan yang salah. Tapi baginya, mungkin sulit untuk menahan diri saat adiknya melempar mainan ke arahnya. ”Hingga usia 8, seorang anak masih dalam proses belajar menguasai dirinya dalam situasi seperti itu,” kata Susan Newman, Ph.D., penulis buku Little Things Long Remembered: Making Your Children Feel Special Every Day (Hal-hal kecil yang akan lama diingat: Membuat anak Anda merasa Istimewa setiap hari). Bantulah ia menahan diri dengan mengucapkan kata-kata seperti, ”Ibu perlu bantuan untuk mengajarkan adik bahwa memukul itu salah. Kakak bisa bantu Ibu?”

Perhatikan gejala-gejala kekesalan. Bila Anda terlalu mengandalkan si sulung, mungkin ia akan merasa keberatan, berulah untuk menarik perhatian, atau melampiaskannya kepada si adik. Jika Anda melihat adanya gejala-gejala seperti itu, mungkin ini saatnya untuk mengurangi beban anak tertua Anda.

PERHATIKAN ANAK SULUNG
Tunjukkan empati.
Meski Anda menghukum anak tertua gara-gara ia bertengkar dengan adiknya, ketahuilah bahwa tidak sepenuhnya kesalahan ada di pihaknya. Katakan saja, ”Ibu tahu memang menjengkelkan sekali kalau adik menjambak rambutmu, tapi itu bukan alasan untuk mendorong dia.” Cara ini akan mencegah Anda untuk bersekutu.

Perlakukan dia sebagai anak kecil.
Jangan mengutamakan kepentingan si sulung. Bonny Strassier dari Staunton, Virginia, mengakui bahwa putranya yang berusia pra sekolah, Philip, sangat lambat belajar buang air sendiri di kloset karena Bonny merasa enerjinya telah habis untuk mengurus anak bungsunya, Benjamin.”Saya harus sering mengingatkan diri agar lebih banyak melatih Philip ketimbang menuntut terlalu banyak,” ujar Bonny.

Sampaikan dengan jelas ekspektasi Anda.
Bila ingin agar si sulung cepat belajar tata krama di meja makan, maka Anda harus memberi contoh cara makan yang baik sambil memberikan penjelasan mengapa adiknya belum diwajibkan untuk mentaati peraturan itu. (”Sekarang adik belum bisa menggunakan garpu, tapi suatu saat nanti Ibu harap dia juga bisa melakukannya dengan benar”).

Hargai perilaku yang baik.
Bila anak Anda memperlakukan adiknya dengan baik, sebaiknya tunjukkan bahwa Anda mengetahui hal itu. Bawalah dia nonton di bioskop atau khusus malam itu berikan kelonggaran 30 menit melebihi jadwal tidurnya yang biasa. Speirs menghadiahkan Siena kelereng untuk melengkapi koleksinya karena ia telah bersikap sangat baik terhadap adiknya. ”Hal kecil, tapi sangat berarti bagi Siena,” katanya.

Source : Parenting Magazine

Selera Makan Anak Usia Batita

Pernahkah Anda menyajikan makanan yang kaya dengan gizi dan disajikan dengan cinta kasih untuk anak-anak Anda, terutama yang usia batita, tapi kemudian mereka tidak mau makan ? Kalau iya, maka tenang saja dan tidak usah dimasukkan kedalam hati Anda sebab memilih-milih makan adalah salahsatu bagian dari perkembangan anak usia batita Anda.

Pada usia dini merupakan suatu periode pertumbuhan yang tidak secepat satu tahun pertama kehidupan anak-anak Anda. Begitu lewat dari usia 1 tahun, pertambahan berat badan batita akan menjadi lebih lambat. Adapun ukuran perut batita sebenarnya tidaklah besar, maka mereka belum membutuhkan banyak kalori seperti orang dewasa.

Dr. Cindiawaty Pudjiadi, seorang ahli gizi keluarga menuturkan bahwa apabila seorang ibu (baik sengaja atau tidak) mengarahkan anak untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu, maka anak-anak kemungkinan besar akan menjadi pemilih dalam hal makanan. Maka diperlukan peranan orang tua untuk memperkenalkan variasi makanannya. Selain itu kesabaran akan penolakan Anak terhadap makanan yang Anda sajikan sangat diperlukan disini, termasuk kesabaran dalam hal memperkenalkan makanan yang bervariasi.

Dibawah ini saya sajikan beberapa tips yang mungkin akan bermanfaat untuk merangsang anak-anak, terutama yang diusia batita untuk mengkonsumsi makanan yang Anda sajikan. Tips ini saya ambil dari sebuah majalah keluarga. Berikut ini adalah tips-tipsnya:

artistik
Anda bisa mencoba untuk membuat wajah dari sayuran, misalnya dua iris tomat untuk mata, wortel yang dipotong tipis memanjang untuk hidung, sepotong buncis untuk bibir yang sedang tersenyum, dan potongan daun brokoli untuk rambut.

Smoothie
Saat ingin mengenalkan buah-buahan kepada si kecil, Anda tidak perlu selalu berpaku pada bentuk buah yang padat. Anda bisa membuat smoothie, misalnya dengan memblender susu dan stroberi.

Potongan yang menarik
Percantik tampilan buah-buahan dengan menggunakan cetakan kue aneka bentuk daripada hanya memotongnya menjadi bentuk balok persegi empat dengan menggunakan pisau. Sangat mungkin anak akan tertarik menyantap buah karena melihat pepaya berbentuk bintang atau melon berbentuk hati tertata manis di atas piring.

Bermain warna
Gunakan piring ceper untuk menyajikan apel, pisang, brokoli, wortel, buncis dan keju yang Anda potong dalam beragam bentuk. Jangan lupa untuk menamai potongan-potongan makanan tersebut sebelum meminta si kecil untuk memilih potongan yang akan disantap. Misalnya, “apel bulan” untuk menyebut apel yang dipotong bulat tipis, “pedang keju” untuk menyebut keju yang dipotong memanjang, “pohon brokoli” untuk menyebut potongan daun brokoli, dan lain sebagainya. Kemudian katakan, “Ayo, Ade mau makan yang mana? Apel bulan, pedang keju, atau pohon brokoli?”

Bersandiwara
Tidak sekadar menyajikan makanan dengan bentuk yang menarik perhatian, ada kalanya Anda juga perlu menyelipkan permainan kecil sehingga anak tidak merasa dipaksa untuk makan. Anda bisa berkata, “Ade, ini ada pesawat mau mendarat. Ayo buka mulutnya.” Cara inilah yang digunakan Lusi, 30 tahun, saat menyuapi Dicky, putranya yang berusia tiga tahun. “Saat menyuapi Dicky, saya sering menyebutkan nama tokoh-tokoh kartun kesayangannya, misalnya dari kartun Tom&Jerry, ‘Jerry sedang dikejar-kejar Tom. Ayo Dicky cepat buka mulutnya agar Jerry selamat.’ Dengan cara ini, anak saya bersemangat makan,” tutur ibu yang tinggal di Kebayoran Baru, Jakarta itu.